Mengapa kau pilih hidup seperti ini, sayang?
ku usap rambut panjangnya yang menutupi wajah letihnya.
Kau terlihat tidak bahagia.
Apa bahagia menurutmu?
Dengan tidak menjalani hidup seperti ini, apakah kau pikir aku akan bahagia?
wajahnya mengeras.
Mengapa kau menutupi kesedihanmu, sayang?
matanya membasah. Tanganku menyentuh pipinya.
Apa yang kau cari dengan menelan kesedihanmu ini?
ia menepis tanganku yang hendak menghapus airmatanya.
Biarkan ia mengalir. Aku tahu saat ini aku hanya bisa menelan kesedihanku.
satu, dua, bulir air mengalir pelan di pipinya.
Kau yakin pada rencana-Nya? Kau yakin Ia akan membuatmu bahagia?
ku terkekeh pelan. Sungguh ingin kutertawakan keyakinannya itu.
Kau kini sungguh menjadi gadis manja yang bodoh, sayang!
Aku percaya pada janji-Nya. Aku percaya!
Ia yang tak pernah ingkar janji. Ia yang tak pernah membiarkanku sendiri.
Ia yang selalu menyayangiku. Walau tak pernah kutunjukkan kasih sayangku.
Tiada seorang pun di dunia ini yang mampu menyayangiku tanpa syarat, selain Ia!
Tiada seorang pun yang pernah menunjukkan cinta tulus padaku, selain Ia!
Ia yang selalu menjaga dan melindungiku.
Walau sering tak kupedulikan. Ia tetap sayang padaku.
Walau hampir tak pernah kupuja. Ia tetap cinta padaku.
Walau sering kulupa mengingatnya. Ia selalu menemaniku.
Adakah pernah kau sadar, siapa yang sanggup mencintaiku seperti Ia mencintaiku?
Tapi semua orang tahu bahwa kau memilih jalan berbatu!
Jalan yang akan membuatmu kerap tersandung.
Jalan yang hanya akan membuat bibir orang tercibir padamu!
Aku tak perduli! Aku tak perduli!
Ku tahu mereka pun tak pernah perduli padaku.
Dan mengapa kini ku harus perduli pada mereka?
Kau tahu, hidupku pernah hanya tinggal sehari. Dan hanya Ia yang menemani.
Kau lihat, kini ku masih duduk di sampingmu.
Walau airmataku mengalir, walau kau melihatku lunglai di sisimu.
Tapi ini hanya sementara. Sebuah penantian yang telah dijanjikan untukku.
Kau tahu, hanya Ia yang benar-benar menyayangiku.
Ia ulurkan tangan ketika ku meringkuk tersedu.
Ia tak pernah biarkanku terjatuh. Ia selalu ada untukku.
ah, ia sungguh keras kepala!
selalu keras kepala!
ia telah berdiri dan kini menatap langit.
Ku telah berjanji dan kali ini akan kutepati.
Sebuah takdir yang memang harus kujalani.
Demi cinta sejati.
KAU AKAN MENDERITA!
jeritku putus asa.
Dan sekarang pun tlah terlihat deritamu!
Kau takkan pernah tahu bahagia tanpa derita, kawan!
Kau takkan pernah tahu nikmat tanpa sengsara, kawan!
Apa yang kau tahu tentang bahagia?!
Sebuah cinta, hanya untukmu!
Tentu hanya untukmu, seorang!
Itu bahagiamu!
Ku tlah memilikinya.
Sebuah cinta.
Hanya untukku seorang.
Ku tlah kehabisan kata-kata.
Apa yang harus kukatakan pada seorang gadis manja.
Yang keras kepala?
Kawan, naifmu menghalangimu mengerti cintaku.
Cinta butuh pengorbanan.
Cinta butuh lebih dari teriakan dalam puisi cintamu yang dangkal dan tak bermakna.
Ku 'kan berkorban.
Layaknya seorang ibu yang berjuang demi kelahiran buah hatinya.
Layaknya seorang ayah yang memeras keringatnya siang dan malam demi keluarganya.
Mereka semua rela berkorban demi yang mereka cintai.
Lalu mengapa kau melihat sesuatu yang berbeda dari pengorbananku?
Tak pernahkah kau merasa harus berkorban demi yang kau cintai?
Tak pernahkah kau merasa harus merelakan sebagian hidupmu demi yang kau cintai?
AARRGGHH!!
Kau sungguh tlah kehilangan akal!
Kau sungguh dibutakan oleh cinta!
ia tersenyum.
Tidak.
Hatiku bening karena cinta.
Jiwaku lapang karena cinta.
Tak pernah ku melihat sejernih ini.
Kawan, kau mungkin takkan pernah mengerti.
Tak mengapa.
Ini jalanku, bukan jalanmu.
Ini hidupku, bukan hidupmu.
Ini cintaku, bukan cintamu.
::
Love is CINTA